Senin, 11 November 2013

Aset sejarah yang terlupakan


Sejak akhir tahun 2007 saya hijrah dari Surabaya ke Madiun untuk mengikuti suami yang bertugas disana. Kota ini sangat berkesan buat saya. Karena selain selain makanan khasnya yaitu pecel yang sangat lezat bisa saya beli dengan murah dan harga yang cukup terjangkau, dan dijamin rasanya tidak pernah membuat lidah saya kecewa. Selain itu kota ini cukup tenang, tak heran beberapa orang menyebutnya bahwa Madiun adalah kota pensiunan. Banyak orang madiun yang hijrah ke kota lain, namun ketika mereka telah pensiun akan kembali dan menetap di Madiun. Sisi lain yang menarik perhatian saya adalah masih cukup banyak bangunan kuno peninggalan masa kolonial di kota Madiun ini. Sebut saja Gedung Bakorwil kota Madiun, Bosbow, serta beberapa kediaman pribadi kas bangunan kolonial.

Gambar gedung Bakorwil kota Madiun


Kebetulan tempat tinggal saya dekat sekali dengan Bosbow, dan bangunan itu yang cukup eye catching ketika pertama kali saya berjalan-jalan di kota Madiun. Bangunan khas peninggalan kolonial tersebut memang menjadi salah satu komplek bangunan terbesar di sepanjang jalan Diponegoro. Ketika awal kedatangan saya ke madiun tempat itu terlihat cukup angker bila malam hari karena gelap dan sepi. Dan bila pagi hingga siang hari terlihat sabgat teduh karena beberapa bagian dari komplek bosbow memang ditumbuhi pepohonan besar dan rindang. Namun seiring berjalannya waktu, saat ini jalan Diponegoro menjadi salah satu tempat tujuan kuliner di Madiun. Dimana telah banyak bangunan kios makanan di depan komplek bangunan bosbow.

Pada era penjajahan, Bosbow merupakan sekolah kehutanan Madiun, cabang dari Sekolah Kehutanan Bogor. Pendirinya adalah JH Becking, seorang pimpinan Jawatan Kehutanan pada 26 Agustus 1939. Sekolah yang resminya bernama Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) itu didirikan karena Madiun dkenal sebagai sentra hutan produksi jati di Jawa Timur.

Sekolah ini berskala nasional sehingga tidak hanya merekrut anak-anak dari kawasan Gemeente Madiun akan tetapi juga dari seluruh Jawa. Murid-murid pertama yang masuk sekolah ini adalah remaja-remaja dari Middelbare Landbouwschool Bogor, Jurusan Kehutanan sekolah perkebunan Malang dan Sukabumi. Hanya anak yang berpendidikan MULO yang dapat mendaftar di sekolah ini. 

Beberapa sudut bangunan masih sangat terjaga keasliannya. Tampak lantai bangunan tersebut khas lantai jaman penjajahan belanda. Selain itu bangunan dengan gaya kolonial ini pada bagian atap dan kayu-kayunya masih asli seperti halnya ketika awal berdiri





Kini bangunan itu dijadikan perumahan prajurit Komando Resort Militer (Korem) 081 Dhirotsaha Jaya. Namun sayangnya, kondisinya juga sangat memprihatinkan. Tugu di atas rumah sudah miring dan hampir ambruk. 



Beberapa bagian bangunan tampak kondisi cat dan atap rumah dibiarkan tidak terawat. Padahal seandainya pemerintah daerah setempat mau lebih memperhatikan dan melestarikan kondisi bangunan cagar budaya tersebut, tentu bangunan Bosbow bisa dijadikan sebagai tempat tujuan wisatawan yang menarik. Bahkan, bukan tidak mungkin bangunan Bosbow bisa menjadi ikon bangunan bersejarah di Madiun.

Kelak ketika saya nanti akan meninggalkan kota Madiun, tentu sosok bangunan ini akan saya rindukan. Ntah kenapa saya sangat suka sekalindengan bangunan belanda, sehingga saya punya impian dapat tinggal di rumah bangunan Belanda dengan segala keasliannya. Tentunya tidak berhadiah demit atau hantu didalamnya hehehehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar