Selasa, 22 Mei 2018

Desa Adat Takpala , desa indah dari negeri seribu moko

Kampung Adat Takpala ini berada di Dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk menuju kesana dari Bandar Udara Mali, Alor, maka Anda dapat menggunakan ojek motor atau travel begitu mereka menyebutnya, yang menurut saya lebih seperti mencarter mobil. Bila anda dari kota Kalabahi Bisa naik kendaraan umum dari Terminal Kalabahi, kurang lebih selama 45 menit.
Desa adat Takpala ini berada di atas sebuah bukit, dengan pemandangan pesisir laut yang indah dibawahnya.



Takpala berasal dari kata , Tak yang berarti ada batasnya, sedangkan Pala artinya Kayu. Jadi Takpala berarti Kayu pembatas. Selain itu Takpala juga mempunyai arti kayu Pemukul. Takpala sendiri berasal dari Suku Abui merupakan suku terbesar di Alor, yang biasa disebut juga Tak Abui, mempunyai arti Gunung Besar.
Masyarakat suku Abui dikenal begitu bersahaja dan sangat ramah terhadap pendatang.
Untuk masuk ke desa Takpala ini tidak dikenakan retribusi apapun. Anda bisa menyaksikan pemandanagn desa adat yang sungguh masih asli dan penuh dengan kearifan lokal. Terdapat beberapa rumah adat panggung yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap dari ilalang yang dikeringkan, rumah adat tersebut beberapa ada yang dibuat bertingkat meski hanya dengan konstruksi kayu dan bambu. Sementara dibawah rumah adat tersebut terdapat hewan ternak atau peliharaan mereka. Pada bagian tengah didesa adat tersebut terdapat mesbah atau batu bersusun.




 Jika anda sudah merencanakan kunjungan dari jauh-jauh hari sebelumnya dengan memberitahu kepala adat terlebih dahulu, anda dapat di sambut dengan tarian Lego-lego oleh warga lokal
Tarian ini dilakukan kira-kira 20 orang (laki-laki dan wanita) dengan bergandengan tangan dan bergerak melingkari mesbah (batu bersusun) yang di atasnya disimpan moko. Tarian ini diiringi tetabuhan gong dimana para penari lelaki akan bersyair dan mengenakan perlengkapan adat termasuk senjata. Tari lego-lego ini merupakan salah satu tarian rakyat yang paling populer di Alor, karena biasa dilakukan pada saat kegiatan bersama dengan warga terutama saat panen (jagung), membangun rumah, pernikahan, kelahiran, dan kegiatan adat lainnya.
Anda bisa juga menyewa pakaian adat khas Desa Takpala dengan membayar jasa sewa sebesar 50rb saja per kostum. Lengkap dengan aksesori dan juga senjata untuk kostum laki-laki. Sayang sekali kalau anda berkunjung kesana dan tidak mengabadikan rare moment dengan pakaian adat desa Takpala ini. Anda bisa berfoto dengan latar belakang desa dan warga desa adat Takpala yang sangat ramah dan bersahaja.



Pada bagian lain sudut desa adat ini terdapat beberapa warga desa yang menjual kerajinan tangan khas Alor dan khas Takpala. Diantaranya adalah kain tenun khas Takpala, gelang, kalung, tas dari anyaman daun, sisir dari kayu, bahkan ketapel yang biasa digunakan anak-anak penduduk desa Takpala untuk bermain.




Sepintas saya sempat terbayang bagaimana keadaan desa adat ini saat malam hari. Karena untuk mempertahankan keaslian desa adat ini, sengaja warga desa adat Takpala hidup seperti layaknya nenek moyang mereka dahulu, tanpa listrik, dan hanya mengandalkan alam untuk bertahan hidup. Bagaimana mereka bisa bertahan untuk tidak melihat televisi, mendengarkan alunan musik melalui perangakat listrik atau bertahan dari panas tanpa ada kipas angin. Luar biasa kan? Sungguh suatu kesederhanaan yang sekarang sangat sulit kita temui namun masih sangat terjaga disana.
Itulah sedikit kenangan saya yang membuat saya jatuh cinta dengan Pulau Alor. Kenangan tentang sebuah kearifan lokal yang masih sangat terjaga dari desa Adat Takpala, desa indah dari negeri seribu Moko ; Alor !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar