Jumat, 07 Februari 2020

Langgar Dukur Kampung Lawas Lawang Seketeng

Surabaya sebagai kota pahlawan memiliki sejarah panjang dari masa kolonial. Selain cerita rakyat tentang jejak perjuangan masyarakat Surabaya juga terdapat bangunan bersejarah yang dibangun oleh rakyat atau bangunan bersejarah peninggalan belanda. 
Surabaya utara sebagai sudut ‘kota tua’ surabaya memiliki banyak bangunan bersejarah peninggalan belanda ataupun kampung lawas yang beberapa warga masih menempati dan merawat bangunan arsitek belanda peninggalan keluarga mereka. Dikampung-kampung lawas inilah banyak terkuak sejarah penanda perjuangan rakyat Surabaya. 
Salah satu bangunan tersebut adalah langgar Dukur kampung lawas lawang seketeng. Yang terletak di kelurahan peneleh, kecamatan Genteng. Letak langgar ini bisa diakses melalui beberapa gang kecil dari  perkampungan tersebut. Diantaranya lewat kampung lawang seketeng dan kampung pandean yang memang terhubung satu sama lain. 











Langgar dukur pada awal pembuatannya, materi yang dipergunakan 100% adalah kayu jati. Bangunan yang ada sekarang tampak telah terpasang jeruji besi sebagai pengaman serambi dan pintu besi di area masuk tangga langgar. Pintu dan jendela yang ada di beberapa penjuru mushola, terdiri dari satu kayu yang diukir langsung. Bukan beberapa kayu terpisah, kemudian dijadikan satu seperti pintu-pintu saat ini. Begitu juga dengan engsel serta kunci yang digunakan. Engsel berukuran besar khas arsitektur era kolonial masih terpasang dan berfungsi dengan baik. Sedangkan kunci berukuran besar pun masih digunakan hingga saat ini.





Pada mimbar terdapat tulisan Arab penanda berdirinya langgar tersebut. Yang berbunyi “ Jumeneng puniko langgar tahun sewu wolong atus sangang puluh telu sasi setunggal” Kentongan sebagai penanda waktu sholatpun masih tergantung asli sejak awal dibangunnya langgar tersebut, dengan plafon dari bambu/ gedheg yang dicat putih. Langgar ini mampu menampung sekitar 50 jamaah. Didalam langgar juga terdapat tongkat mimbar yang mempunyai ujung besi menyerupai tombak dan Al Quran tua dengan stempel air dari kerajaan Belanda. .








Baru baru ini pemkot Surabaya telah merenovasi langgar tersebut dengan menyangga lantai langgar dengan besi, agar lebih kuat menahan beban. 
Diarea depan langgar juga terdapat pujasera mini yang menjual kuliner khas Surabaya, seperti sate manggul, nasi bebek dan rujak cingur. Serta beberapa jajanan dari UMKM warga setempat. 
Disekitar langgar juga terdapat beberapa peninggalan bersejarah yang tak kalah menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar