Jumat, 07 Februari 2020

Tenun Alor

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan keindahan alam. Provinsi yang terletak di bagian tenggara Indonesia itu memiliki beberapa pulau, yaitu Lombok, Flores, Sumba, Komodo, dan pulau lainnya.
Meski memiliki adat istiadat yang berbeda, terdapat kesamaan di antara semua suku yang tersebar di kepulauan NTT, yakni kain tradisionalnya. Kain khas itu dikenal dengan nama tenun. Menenun sendiri diketahui sebagai kegiatan membuat sehelai kain dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal pada benang-benang, yang biasanya, telah diikat dan dicelupkan ke pewarna yang dibuat dari akar dan pepohonan.






Kegiatan menenun dikembangkan oleh setiap suku di Nusa Tenggara Timur secara turun-temurun, demi pelestarian seni tenun itu. 
Tenun bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dipandang sebagai harta berharga milik keluarga yang bernilai tinggi.

Sejak dahulu hingga sekarang, kain tenun Alor terkenal dengan keindahan motif. Bahkan, aneka warna yang dihasilkan berasal dari tumbuhan. Ternyata, para perajin kain tenun di Pulau Alor, Nusatenggara Timur, tak hanya pandai menenun. Mereka pun pandai memintal benang. Pemrosesan dari kapas hingga menjadi kain, ternyata membutuhkan waktu hingga lima bulan lamanya.
Prosesnya diawali dengan membersihkan kapas dengan alat yang disebut beneha kapo klukung. Selanjutnya kapas dipintal menjadi benang. Setelah menjadi benang baru diberi warna sesuai selera. Adapun zat pewarna yang digunakan bukan dari bahan kimia, tapi dari tumbuh-tumbuhan.
Warna hijau dihasilkan dari daun pepaya, kuning dari kunyit dan hitam dari daun nila. Ada 30 jenis warna bisa dihasilkan dari tetumbuhan yang hidup di Pulau Alor. Proses pewarnaan pun memakai cara tradisional, seperti digoreng di atas kuali atau penggorengan.








Kain yang telah diberi bermacam-macam warna ini kemudian ditenun menjadi selendang atau sarung dengan motif khas Pulau Alor, antara lain rumah adat dan moko, proses menenun biasanya memakan waktu satu hingga dua pekan untuk selembar kain sarung maupun selendang. Harga termurah untuk selendang adalah Rp 100 ribu, sedangkan kain sarung dilepas seharga Rp 500 rb hingga Rp 5 jt








Tidak ada komentar:

Posting Komentar